Pada tanggal 5 April 2015, 15 menit setelah jam 13.30 saya melewati perlintasan kereta api di Palmerah, Jakarta Barat. Sudah banyak kerumunan orang yang melihat tewasnya seorang pengendara motor yang tertabrak kereta. Menurut cerita, pengendara motor tersebut melintasi palang perlintasan kereta api yang sudah tertutup. Setelah itu kereta langsung menabrak pengendara motor tersebut hingga tewas. Beritanya ada di Detik.com

Yang jadi pertanyaan, walaupun pengendara tersebut melanggar, kenapa bisa sampai tertabrak. Karena saya sering melihat orang yang banyak melanggar palang tersebut walaupun sudah tertutup, tetapi aman-aman saja. Bukan berarti saya menyetujui pelanggaran tersebut. Tetapi pasti ada sesuatu yang menyebabkan pengendara tersebut tidak berhati-hati. Jadi melanggarpun harus hati-hati.

Saya berkesimpulan, sesuai dengan pengalaman pribadi. Saya sering sekali kehilangan kesadaran saat berkendaraan. Inginnya ke rute A, tetapi karena setiap hari saya jalan di rute B, ketidaksadaran saya mengantar untuk melintas melalui rute B. Ini karena kebiasaan tersebut. Akhirnya saya tersadar bahwa itu bukan tujuan saya, kemudian berbalik arah lagi. Ketidaksadaran tersebut tidak membuat nyawa saya melayang.

Saya membayangkan pengendara tersebut juga dalam keadaan tidak sadar, mungkin karena ada berbagai banyak masalah di rumah, kantor atau dengan lingkungan sehingga pikirannya mengawang ke berbagai masalah tersebut dan tidak memperhatikan kekinian, saat sekarang ia sedang berkendaraan. Mungkin juga ia tidak sadar bahwa ia sedang melanggar, ia tidak sadar bahwa orang sudah berhenti di depan palang menunggu kereta lewat.

Dan kebetulan lagi kereta api sudah mendekat, tanpa melihat kanan dan kiri maka nyawanya melayang. Karena saya berpikir, walaupun ia melanggar, asal hati-hati tidak akan terjadi hal-hal seperti itu. Sekali lagi, saya tidak menyarankan untuk hati-hati dalam melanggar lalu lintas karena resikonya akan jauh lebih besar kecelakaan dibanding kita mentaati lalu lintas.

Di sini saya merasa bahwa kesadaran sangatlah penting, kesadaran akan kekinian, akan keberaaan kita saat ini, akan aktivitas kita yang sedang kita lakukan saat ini. Tanpa keadaran nyawa bisa melayang. Saya pikir pengendara itu tewas bukan karena ia telah melanggar, karena ia telah kehilangan kesadaran pada saat itu. Sehingga pikiran dan emosinya tidak berada di saat itu. Sehingga ia tidak lagi melihat kiri dan kanan, ia tidak lagi melihat palang yang sudah ditutup, ia tidak melihat dan memperhatikan lingkungan sekitarnya.

Bagaimana dengan orang yang kehilangan kesadaran, tapi tidak kehilangan nyawanya. Menurut saya mungkin hidupnya sangat membosankan, terjebak dengan rutinitas, terbebani, tenggelam dalam kesedihan terus menerus, tidak bisa melupakan trauma masa lalu dan lain sebaginya yang kesemuanya itu membuat hidup tidak nyaman. Sepanjang hari, seumur hidup tidak merasakan kenyamanan sama sekali, kebahagiaan yang diperoleh semu.

Hidup seperti itu sama saja dengan kematian, kita seperti mayat yang sedang berjalan, bergerak tanpa tujuan. Tujuan bergerak hanya mengikuti arus kerumuman orang.

Tetapi apakah itu salah? Saya juag tidak bisa menjawabnya.

Mungkin lebih tepat, apakah kita bahagia dengan hidup seperti ini? Apakah kita puas? Silahkan dijawab sendiri, kalau tidak, carilah jawabannya kenapa tidak bahagia, tidak puas. Tetapi kalau puas, silahkan lanjutkan, berbagilah rasa puas tersebut dengan orang lain.

Jadi rasa puas, rasa bahagia itu tidak bisa berhenti pada diri sendiri. Kalau anda tidak bisa berbagi rasa puas, rasa berbahagia itu dengan orang lain, maka kebahagiaan itu juga semu. Karena rasa puas, rasa bahagia itu adalah energi yang meluap-lupa, yang tak terbatas dan anda rasanya ingin berbagi.

Setiap kejadian memberi saya pelajaran hidup. Ini adalah pengalaman pribadi, ini juga adalah pelajaran pribadi. Semoga bisa bermanfaat bagi orang lain. Saya juga hanya berbagi.

Salam Kesadaran,

Hidup Tanpa Kesadaran = Mati