Saya teringat dalam salah satu buku Bapak Anand Krishna , lupa judulnya, membahas tentang popok bayi. Beliau mengatakan tidak baik bila anak kecil (bayi) menggunakan pampers karena justru mengajarkan ketidaksadaran kepada anak tersebut. Pada saat bayi buang air kecil atau buang air besar, dengan menggunakan pampers ia tidak akan merasakan ketidaknyamanan dari perbuatannya itu. Lain halnya bila tidak menggunakan pampers, ia akan menangis karena ketidaknyamanan akibat perbuatannya sehingga orang tua kemudian membersihkan kotorannya serta menggantikannya dengan pakaian bersih.

Proses ketidaknyamanan ini harus dilalui oleh sang bayi sehingga akan muncul kesadaran bahwa kalau buang air kecil atau air besar sembarangan akan membuat dirinya tidak nyaman, harus pada tempatnya. Ia akan belajar berpikir tentang rasa nyaman dan tidak nyaman. Bila ia terus merasa nyaman, tidak ada kegelisahan sejak kecil, maka ia akan sulit menghadapi tantangan hidup setelah besar nanti.

Begitu juga dengan anak yang terus menerus diberikan iPad, Smartphone, Gadget agar mereka diam dan orang tuanya bisa tenang. Ini juga akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi anak, mereka akan merasa nyaman dengan barang tersebut dan tidak mau lagi hal lain di luar dirinya. Ini juga akan membuat anak akan sulit menghadapi tantangan hidup, bahkan tidak mau melalui sebuah tantangan hidup. Ia akan merasa nyaman dengan gadgetnya dan tidak mau tahu hal lain dalam hidup yang justru akan memperkaya jiwanya. Banyak sekali kehilangan yang anak tersebut alami bila terus dibiarkan nyaman dengan gadgetnya.

Dan kebetulan pada hari Sabtu tanggal 23 Mei 2015 pukul 20.00, saya menonton Bloomberg TV Indonesia. Di sana ada wawancara Peter Thiel, Co-Founder Paypal. Beliau mempunyai minat dengan bioteknologi. Bicara tentang bioteknologi, saya langsugn terbawa cerita tentang rekayasa dna sehingga manusia bisa hidup abadi, bisa sembuh dari penyakit apapun dengan cepat. Beliau ingin menemukan obat penyembuh kanker, alzeimer, dan penyakit-penyakit lainnya sehingga dapat membantu banyak orang.

Sekilas terdengar sangat mulia. Tetapi saya teringat dengan cerita popok bayi dan gadget di atas. Kalaupun memang obat tersebut ditemukan dan setiap penyakit dapat disembuhkan. Berarti manusia tidak akan takut sakit lagi. Bahkan mungkin nanti ditemukan obat agar manusia bisa hidup abadi, berarti manusia tidak akan takut mati lagi. Manusia sudah nyaman dengan itu.

Padahal sakit adalah peringatan akan ketidaksadaran manusia tentang pola makan, pola hidup yang tidak sehat, tidak baik. Bila ditemukan obat yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit. Berarti manusia bebas hidup tidak sehat, manusia bisa makan apa saja, bisa melakukan apa saja karena ada obat yang dapat menyembuhkan segalanya. Kalau kita melihat hanya sebatas tubuh fisik saja, ini kabar gembira. Tetapi bagaimana dengan perkembangan jiwa, karena manusia tidak hanya tubuh saja, tetapi ada jiwa juga. Bagaimana jiwa dapat hidup dengan ketidaksadaran tersebut, bagaimana jiwa dapat bahagia dengan pola makan dan hidup yang tidak baik tersebut. Kita tidak perlu lagi mengurusi orang lain lagi karena sudah ada obat yang mengurusinya. Dan kita tidak lagi memiliki tujuan hidup karena masing-masing sudah nyaman dengan obat ajaib tersebut.

Mari kita bertanya kepada diri sendiri. Apakah kita akan bahagia, bila kita tidak pernah sakit, bila kita tidak pernah mati. Tetapi kita hidup sendiri, hanya berteman dengan gadget, setiap orang sibuk dengan dirinya sendiri di dunia maya, berinteraksi di dunia maya. Kita tidak pernah bertemu, tidak pernah kenal satu sama lain, kita akan seperti robot, seperti mayat cantik yang terus hidup tanpa kesadaran.

Kemudian bila kita benci sama orang, kita tinggal bacok, tembak, tonjok untuk mengekspresikan kekesalan kita dan tidak akan dipenjara karena orang itu tidak bisa mati atau bila sakit akan bisa disembuhkan. Bila kebencian terus dipelihara, perang akan terjadi dimana-mana, hidup kita hanya untuk perang karena tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah.

Jadi saya pikir sakit tetap diperlukan, kematian diperlukan agar manusia sadar akan jati dirinya, akan tujuan hidupnya lahir di dunia ini, yaitu untuk melayani, untuk menjadi bahagia.

Kenapa Peter Thiel tidak fokus pada akar dari penyakit, apa yang menyebabkan penyakit. Bukannya saya minta agar berhenti untuk membuat obat kanker atau alzeimer, tetap bila kita fokus kepada akar dari penyakit, kita bisa melakukan banyak hal. Kita bisa berinteraksi dan melakukan edukasi kepada setiap orang agar menjalankan pola makan dan pola hidup sehat. Dari situ rasa cinta, kasih akan muncul terhadap sesama makhluk di dunia.

Tetapi ternyata tidak semudah itu, akar dari penyakit justru penyebabnya adalah manusia itu sendiri. Membuat makanan yang tidak sehat (fast food), menebang pohon sehingga kekeringan dan kebanjiran terjadi, properti yang merusak lingkungan, obat kuat, doktrin yang mengajarkan kekerasan dsb itu adalah pola hidup yang tidak sehat dan tidak selaras dengan alam yang menyebabkan penyakit. Berapa banyak musuh bila Peter Thiel melakukan hal itu. Oleh karena itu lebih mudah membuat obat daripada mengedukasi orang untuk sadar akan akar dari penyakit yang ada di seluruh dunia ini.

Kesadaran tentang akar dari penyakit ini sulit dimulai dari perusahaan yang mapan, ini harus dimulai dari perorangan seperti saya, anda dan komunitas-komunitas yang mandiri.

Hidup Tanpa Kesadaran = Mati!