3K (Komunikasi, Kordinasi, dan Keberanian) menurut pengalaman saya bila tidak ada, akan terjadi berbagai masalah dalam berbagai hubungan pribadi, keluarga, persahabatan, pekerjaan, dan lingkungan.

Tanpa ada 3K di atas, masing-masing divisi sudah kerja keras sampai lembur, pusing menghadapi berbagai masalah dan kemudian berhasil mencari solusinya, setiap orang hebat dalam keahlian masing-masing, pendidikan tinggi dan sudah berpengalaman dalam mengerjakan proyek.

Tetapi tanpa 3K, maka yang terjadi seperti gambar di atas. Setiap divisi sudah melakukan yang terbaik, tetapi pada saat sampai tahap INTEGRASI, SINERGI, hasil karya semua divisi tersebut tidak bisa disambungkan dan harus mengulang pekerjaan dari awal.

Makan waktu, biaya, dan tenaga. Belum lagi mental dan emosional setiap orang sudah turun semangatnya untuk memulai lagi sesuatu yang baru.

Komunikasi

Terkadang apa yang ada dipikiran kita, sebaik apapun niat seseorang, kalau tidak disertai komunikasi yang tepat bisa terjadi miskomunikasi. Saat menyampaikan suatu pesan, mental dan emosi setiap orang berbeda, latar belakang pendidikan setiap orang berbeda, adat istiadat setiap orang berbeda, dan masih banyak perbedaan yang lain. Apalagi kita hidup di Indonesia yang banyak suku dan budayanya.

Kadang terlalu rumit kita berkomunikasi juga bermasalah sehingga orang yang diajak berbicara tidak mengerti dan kemudian menangkap sesuai dengan persepsinya sendiri.

  • Oleh karena itu sebelum dan sesudah berkata-kata, ada orang yang meminta maaf bila ada salah ucap. Ini bisa menurunkan ketegangan yang akan dan sudah terlanjut terjadi.
  • Bila ada salah kata, kita langsung minta maaf dan kita belajar untuk memperbaikinya di kemudian hari.
  • Banyak membaca buku yang berkaitan dengan komunikasi juga membantu meningkatkan keahlian komunikasi kita.
  • Yang paling penting, tambah pengalaman dalam bergaul dan berinteraksi dengan banyak jenis orang akan membantu meningkatkan keahlian berkomunikasi kita.

Kordinasi

Ini berkaitan dengan saat kita ingin meminta bantuan orang lain atau bekerja dalam kelompok atau tim. Terkadang kita ingin dimengerti oleh orang lain, kita hanya mengucapkan satu kalimat, orang lain harus bisa menjabarkan apa yang kita inginkan tanpa harus bertanya-tanya lagi. Dan itu bisa saja terjadi kalau sudah selaras, baca artikel kita tentang Membangun Team Work. Tetapi kalau belum, komunikasinya harus dibangun terlebih dahulu agar terjadi kordinasi yang baik.

Oleh karena itu biasanya dalam hubungan persahabatan atau keluarga, dibutuhkan waktu untuk selaras satu sama lain. Tetapi kalau tidak terjadi komunikasi dalam satu keluarga, dijamin tidak akan ada terjadi kordinasi yang baik. Bisa jadi anak melakukannya dengan terpaksa (misalkan untuk membantu orang tua) karena kalau tidak akan dihukum. Tetapi setelah mereka besar, bila cara memaksa itu terus dilakukan, akhirnya anak menjadi tidak lagi hormat dan berontak. Karena tidak ada komunikasi, pemahaman, dan kesadaran kenapa mereka harus membantu orang tua.

Kesadaran itu tidak bisa hanya dikatakan bahwa orang tua harus dihormati , sudah titik tanpa adanya pemahaman, kalau mereka bertanya akan dianggap anak durhaka. Kesadaran itu harus terjadi dengan sendirinya, diawal memang bisa jadi ada sedikit pemaksaan, tetapi harus diimbangi dengan diskusi sehingg kesadaran muncul dengan sendirinya. Misalkan bisa dengan mengajak anak untuk melihat anak-anak yang kurang beruntung yang tidak ada orang tuanya. Dari situ anak akan timbul kesadaran bahwa memang membantu orang tua itu adalah hal yang normal dan manusiawi.

Kalau dalam perusahaan, biasanya ada SOP (Standar Opersional Prosedur) atau aturan bagaimana cara kordinasi yang baik. Dan aturan ini harus disosialisasikan sehingga timbul pemahaman. Kalau dipaksakan, percuma saja, walaupun sudah digaji tinggi, tetapi kalau mereka tidak ada hati untuk melakukannya, atau memang kemampuannya tidak sampai di situ, maka kinerja tim akan terganggu.

Mereka malah akan saling menjegal satu sama lain, atasanpun terkadang tidak tahu, atau tahu tetapi tidak dapat berbuat apa-apa karena tidak mengetahui persoalannya, karena masing-masing merasa paling benar.

  • Oleh karena itu SOP itu harus disosialisakan dan diawasi oleh atasan agar dapat dipahami dengan tepat.
  • Setiap SOP dari masing-masing divisi harus saling terintegrasi atau bersinergi satu sama lain. Jangan membuat SOP sendiri-sendiri tanpa kordinasi semua divisi. Nanti seperti gambar rel kereta yang tidak nyambung di atas. Jadi biasanya SOP itu dibuat dengan kesepakatan bersama sesuai dengan data dan pengalaman yang terjadi dilapangan. Jadi SOP bukan asal buat.
  • SOP bisa saja terjadi penyempurnaan, oleh karena itu mental perubahan harus juga tertanam dalam diri para pekerja.
  • Atasan harus mampu menguasai komunikasi dari hulu ke hilir sehingga bisa mengetahui bila ada hal yang tidak beres dan kemudian menyempurnakannya agar nanti “rel nya nyambung”. Jadi atasan itu, misalkan dia jago dibagian produksi, divisi produksinya jadi anak emas, walaupun divisi lain salah, tetap yang dibela divisi yang dia pahami. Jadi atasan juga berpengaruh agar kordinasi berjalan dengan baik.

Keberanian

Bila kita peduli dan benar, maka keberanian akan muncul. Tetapi bila kita cuek dan tidak mau tahu, maka tidak ada keberanian untuk mengambil tanggungjawab bila ada masalah terjadi.

Keberanian karena kepedulian berbeda dengan keberanian karena saya adalah makhluk yang paling benar. Kalau diri merasa paling benar, masalah juga akan selesai.

Keberanian untuk menegur bila ada tim yang melakukan kesalahan. Menegur dengan teknik komunikasi yang baik. Jadi lagi-lagi untuk menegurpun ada keahliannya sendiri supaya yang ditegur sadar dan lebih bersemangat dalam bekerja.

Tetapi kalau ada orang yang ngeyel dan mau menang sendiri, kita juga punya keberanian untuk memarahi orang tersebut (bukan marah-marah). Kalau orang tersebut sadar, ya sudah, marah selesai, tidak dibawa sampai ke dendam. Berani mengeluarkan orang tersebut bila benar-benar tidak bisa ditegur karena akan memperlambat kerja tim.

Kalau kita punya klien juga seperti itu, walaupun klien membayar kita, bukan berarti apa yang dimintanya kita turuti 100%. Kalau seperti itu namanya kita tukang, jadi kalau klien minta pasang papan di tengah pintu, kalau sebagai tukang kita nurut saja walaupun hasilnya nanti orang tidak bisa lewat. Karena memang itulah tugas tukang, hanya mendapatkan perintah, bukan tugas untuk berpikir kenapa papan tersebut harus di tengah pintu, mungkin untuk sesuatu yang lain.

Kalau konsultan akan bertanya kenapa begitu? Karena orang tidak bisa lewat kalau panan ada di tengah pintu. Kenapa? Nah di situ terjadi diskusi antara konsultan dan klien. Tugas konsultan memberi masukan dan saran yang terbaik kepada klien.

  • Kurangnya keberanian, bisa jadi kita tidak memiliki keahlian di bidang komunikasi dan kordinasi. Dan keahlian ini bisa dipelajari dan terus dilatih agar jam terbangnya tinggi. Oleh karena itu orang yang berpengalaman tentu bayarannya lebih mahal 🙂
  • Kurangnya keberanian, bisa jadi karena kita cuek dan tidak perduli. Ah, yang penting dibayar. Mau salah masa bodo, nanti gue dipecat lagi.

Apapun yang kita pelajari, tanpa ada jam terbang yang tinggi, maka 3K ini tidak akan kita peroleh. Kita bisa baca tentang 3K ini, tetapi saat dipraktekkan tentu berbeda. Seperti kita tahu ilmu tentang nyetir mobil, tetapi saat nyetir mobil di lapangan, tentu tidak langsung bisa karena ilmu teori dan ilmu dilapangan berbeda. Ilmu teori hanya melibatkan otak kiri, tetapi ilmu dilapangan melibatkan otak kanan.

Jadi jangan berhenti untuk terus belajar dan mempraktekkannya di lapangan!

Semoga Bermanfaat, Salam Bahagia!